Persepsi Cina-Peranakan Indonesia Sebelum Perang Dunia Kedua terhadap Tradisi Java: Suatu Perayaan Identiti Hybrid dalam Novel Thio Tjin Boen Bertajuk Cerita Nyai Soemirah dan Anak Sapa? Djawa?
Keywords:
nyai soemirah, peranakan tionghoa, totok, bahasa melaju-Rendah, tiongkokAbstract
Menurut Leo Suryadinata, "Pasca-PD l- terutama pada 1920an dan 1930an — merupakan şuanı masa keemasan bagi kesusasteraan peranakan.... Majalah sastera, di antaranya yang terpenting, Penghidoepan dan Tjerita Roman....timbulnya nasionalisme politik Tionghoa di Jawa seperti terlihat dengan munculnya tiga kelompok politik di antara peranakan Tionghoa: grup Sin Po yang berorientasi ke Tiongkok, Chung Hwa Hui yang berkiblat ke Hindia Belanda dan Partai Tiongoa Indonesia yang berorİentasİ ke nasionalisme Indonesia. Para pengarang yang berkarya pada tahun-tahun itil, sedikit banyakjuga terpengaruh oleh gerakan politik di dalam masyarakat Tionghoa.” (Sastra Peranakan Tionghoa, 1996: 14)
Downloads
References
Thio Tjin Boen, 1917. Cerita Nyai Soemirah: Pembalasan Yang Luput Jilid 2. Jakarta: Kepustakaan Gramedia.
Thio Tjin Boen, 1921. Anak Sapa? Djava? Jilid I. (publisher and place unknown).
Thio Tjin Boen, 1921. Anak Sapa? Djava? Jilid Il. (publisher and place unknown).
Claudine, Salmon, 1987. Literary Migrations: Traditional Chinese Fiction in Asia (17-20th centuries). France: International Culture Publishing Corporation.
Charles, A. Coppel, 1973. "Mapping the Peranakan Chinese in Indonesia." In Denys Lombard 1976. Chinois d 'outre-Mer. Tes du XXIXe Conges international des Orientalistes Paris, Juliet 1973. L' Asiatheque 6: Paris, 3-28.
John U. Wolff, 1997. Peranakan Chinese Speech and Identity. Indonesia. No. 64 October: 29-44.
Leo Suryadinata, 1996. Sastra Peranakan Tionghoa. Jakarta: Grasindo.
Nio Joe Lan, 1940. Riwajat 40 Taon dari Tiong Hoa Hwe Koan — Batavia (1900-1939). Batavia: Tiong Hoa Hwe Koan.
Nio Joe Lan, 1962. Sastera Indonesia - Tionghoa. Jakarta: Gunung Agung.
Perspectives Fmm China. Review ofIndonesia and Malaysian Affairs Vol 21 (NO. 2) Summer 1987. The Department ofIndonesian and Malaysian Studies: The University of Sydney.