Teori Hegemoni dalam Kesusasteraan Melayu
Theory of Hegemony in Malay Literature
Keywords:
Hegemoni, fundamental, common sense, kelompok sosial, transformasi, Hegemony, transformetionAbstract
Teori Hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci ini merupakan teori sosiologi sastera yang tidak hanya mengakui sastera sebagai lembaga sosial yang relatif otonomi, melainkan mempunyai kemungkinan bersifat formatif terhadap masyarakat. Gramsci (2001) menganggap dunia gagasan dan kebudayaan sebagai superstruktur yang bukan hanya sebagai refleksi atau ekspresi dari struktur kelas ekonomi atau infrastruktur yang bersifat material, melainkan sebagai salah satu kekuatan material itu sendiri. Malah, sesuatu gagasan dunia atau ideologi berfungsi untuk mengorganisasikan pergerakan masyarakat. Di Malaysia, permasalahan intelektual organik dan tradisional masih berada di puncak kekuasaan mengikut zaman pemerintahan dari golongan yang tetentu. Semenjak negara di bawah penjajahan kuasa asing kaum intelektual organik merupakan golongan intelektual yang mendapat tempat dan kuasa dalam semua bidang terutamanya politik dan ekonomi. Gambaran ini akan dihuraikan dalam penulisan artikel ini sebagaimana yang diungkapkan oleh pengkarya atau pengarang dalam karya-karya mereka, khususnya novel-novel yang kebanyakannya mewarnai politik mengikut zaman dan perubahan masyarakat yang dilakukan oleh para intelektual Melayu.
Theory of Hegemony put forward by Antonio Gramsci is sociological theory in literature which not only accept literature as a social contract which has realtive autonomy but also has probable formative feature towards society. Gramsci (2001) theorizes the world of culture as a superstructure which not only acts as a reflection or an expression in term of economic structure or materialistic infrastructure, but to consider it as th strength of the material itself. Furthermore, it is the catalyst for the word theory or ideology which functions to organize the movemont of the sociaty. In Malaysia, traditional and organic intellectual problems are still at the pinnacle of the power for the specific groups. Since the pre-indepence days, the intellectual organic groups has been the intellectual group which has controlled the nation’s politic and economic power. This scenario will be explained in this artical as discussed by writers in their writings, especially in novels which have influenced the changes in politic and society which have been done by Malay intellectuals.