TARIAN KUDA KEPANG: ANIMISME DALAM KESENIAN MASYARAKAT JAWA
KUDA KEPANG DANCE: ANIMISM IN THE ART OF JAVA COMMUNITY
Keywords:
Kuda kepang, kesenian, animismeAbstract
Budaya dan pemikiran sesuatu masyarakat itu sering terserlah menerusi hasil-hasil bangsa. Perkembangan budaya serta pemikiran itu juga dapat ditanggap menerusi sesuatu produk yang dihasilkan oleh sesuatu masyarakat. Budaya merupakan persoalan utama mengenai manusia serta kehidupan dan ia terbentuk berlandaskan isi kebudayaan itu sendiri seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, dan adat-istiadat yang dapat dimiliki oleh anggota masyarakat. Tarian kuda kepang yang ditarikan dalam kalangan masyarakat Jawa merupakan antara budaya rakyat yang mempunyai nilai estetika serta memberi kesan kepada masyarakat yang melatarinya. Namun demikian, tarian kuda kepang merupakan seni budaya tradisional yang kian ditelan zaman. Sehubungan itu, artikel ini berfokus kepada kepentingan tarian kuda kepang dalam konteks masyarakat Jawa agar ia berupaya dilestarikan. Persembahan seni tarian kuda kepang berupaya menghiburkan, memberi kesan emosi serta mengisi keperluan yang lebih tinggi dalam kalangan masyarakat khalayak. Aspek penggabungjalinan unsur animisme atau spritual serta hubungan manusia dengan alam ghaib pada sebelum, ketika dan selepas persembahan menghasilkan keunikan yang perlu diperlihatkan menerusi kajian ini. Sehubungan itu, objektif kajian ini adalah untuk mengenalpasti unsur animisme serta strategi interaksi menerusi kesenian tarian kuda kepang dalam budaya masyarakat Jawa. Objektif seterusnya adalah untuk memaparkan keunikan dan keistimewaan kesenian kuda kepang sebagai warisan tradisi masyarakat Jawa. Kajian ini mengaplikasikan teori Psikoanalis oleh Sigmund Freud (1856-1939). Penulis membawa penekanan aspek perilaku psikologi manusia oleh Sigmund Freud (1856- 1939) yang menekankan alam kesedaran yang merangkumi tiga peringkat iaitu alam sedar (conscious mind), alam prasedar (preconscious mind) dan alam bawah sedar (unconscious mind). Kajian ini menggunakan kaedah kajian lapangan serta analisis kandungan.
The culture and the minds of a society are often manifested through the work of the nation. The development of culture and thought can also be perceived through a product produced by a society. Culture is a major issue of humanity and life and is based on the content of the culture itself, such as knowledge, belief, art, law, morals, and customs that belong to the member of the society. The dances of Kuda Kepang which are drawn among the Javanese community are among the culture of that have the aesthetic value and affect the people who are within the background. Nevertheless, the Kuda Kepang dance is a traditional artistic culture that is increasingly forgotten. In this regard, this article focuses on the importance of the Kuda Kepang dance in the context of the Javanese society in order to be able to preserve it. The performance of Kuda Kepang dance art is entertaining, emotionally impacting and filling the higher needs among the public. The combination of animism or spiritual elements as well as human relationships with the supernatural of before, during and after the presentation yields the uniqueness that should be shown through this study. Accordingly, the objective of this study was to identify the elements of animism and interaction strategies through the art of Kuda Kepang dance in Javanese culture. The next objective is to illustrate the uniqueness and peculiarity of the art of Kuda Kepang as a legacy of the Javanese tradition. This study applies Psychoanalyst theory by Sigmund Freud (1856-1939). The author emphasizes the aspect of human psychological behavior by Sigmund Freud (1856-1939) which emphasizes the consciousness of three levels, namely conscious mind, preconscious mind and unconscious mind. This study uses field study and content analysis.